Wednesday 7 June 2017

Manusia Disebut Tinggal di Dalam Hologram

SAN FRANCISCO - Terdapat beberapa pihak yang percaya bahwa alam semesta merupakan hologram massif yaitu ketika 3D diketahui ada dalam batas dua dimensi. Meskipun kelihatannya radikal, gagasan tersebut baru saja mendapatkan daya tarik setelah sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun ini menemukan bahwa penyimpangan dalam radiasi ‘baby picture’ di alam semesta bisa diprediksi dengan menggunakan prinsip holografik.

Intinya bahwa dunia di sekitar merupakan proyeksi yang kompleks karena cara kerja kosmos masih tetap menjadi misteri, temuan tersebut merupakan langkah maju yang penting dalam mencari tahu kebenaran, sebuah video Life Noggin baru menjelaskan hal tersebut. 

Gagasan bahwa alam semesta merupakan hologram yang sangat komplek pertama kali diajukan pada 1900-an oleh fisikawan teoritis Gerard t’Hooft dan Leonard Susskind. Meskipun mengalami kemajuan selama abad terakhir, termasuk terobosan baru-baru ini untuk mendukung Standard Model dan Einstein’s General Theory of Relativity, masih ada kesenjangan dalam pemahaman tentang alam semesta. 

"Masalah besar yang coba dipecahkan oleh fisikawan adalah bagaimana menyatukan mekanika kuantum, yang berhubungan dengan yang sangat kecil," video tersebut menjelaskan. "Dan gravitasi, yang berhubungan dengan yang sangat besar. 

Dan beberapa orang berpikir bahwa prinsip holografik adalah apa yang membantu memecahkan masalah itu. Pada dasarnya, prinsip ini menyatakan bahwa semua informasi tentang volume ruang dapat dianggap sebagai dikodekan pada batas dua dimensi untuk alasan itu" lanjutnya. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa alam semesta 3D adalah ekspresi informasi yang dikodekan dalam batas 2D, sama seperti hologram atau bahkan film 3D yang ada saat ini. Ketika manusia bisa mengalami objek yang memiliki tinggi, lebar, dan kedalaman, ini benar-benar proyeksi dari permukaan 2D. 

Fenomena serupa akan berlaku dalam kasus alam semesta holografik. Dalam studi ground-breaking yang diterbitkan pada Januari, para peneliti menganalisis penyimpangan dalam Cosmic Microwave Background (CMB) di alam semesta. CMB adalah radiasi peninggalan yang tersisa dari Big Bang akan tetapi, video itu menjelaskan bahwa itu tidak sepenuhnya seragam. 

Dalam penelitian tersebut, para peneliti dari University of Southampton, bersama rekannya di Kanada dan Italia menemukan bahwa penyimpangan ini bisa dijelaskan dengan prinsip hologrif. 

"Saya pikir kita hidup di hologram, dan saya pikir jika kita melangkah maju dalam waktu, katakanlah 50 tahun dari sekarang, maka fisika akan terlihat sangat berbeda dengan cara yang sama seperti fisika dari abad ke-20 sekarang terlihat berbeda," kata Profesor Skenderis dari Ilmu matematika di University of Southampton kepada MailOnline, Kamis (8/6/2017). Ketika banyak pihak yang tetap skeptis, temuan tersebut merupakan bukti observasi pertama yang mendukung skenario hologram.

sumber:okezone

0 comments:

Post a Comment