Catatan pos pengamatan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Sinabung menunjukkan
gunung di Sumatera Utara itu meletus 12 kali pada Jumat (03/02) dan Sabtu
(04/02). Namun, frekuensi tersebut menurun
menjadi tujuh kali pada Minggu (05/02) dan enam kali pada Senin (06/02).
Sutopo Purwo Nugroho selaku
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mengatakan pemerintah masih berupaya menyelesaikan relokasi tahap dua
untuk 1.903 kepala keluarga. Sebanyak 1.655 unit rumah ditargetkan selesai pada
Agustus 2017. Selanjutnya masih ada 1.050 KK yang harus direlokasi pada tahap
tiga.
"Faktor penghambat utama
adalah ketersediaan lahan. Lahan relokasi permukiman dan usahan tani belum
tersedia sepenuhnya. Lahan tapak rumah sudah disiapkan di Siosar untuk 2.053 KK
seluas 250 hektare. Namun tidak tersedia lahan usaha tani sehingga masyarakat
tidak bersedia direlokasi," kata Sutopo.
Berdasarkan data PVMBG, Gunung
Sinabung telah berada pada tingkat awas sejak Juni 2015. Tingkat itu adalah
yang tertinggi dari empat taraf yang ada. Karena itu, menurut petugas PVMBG,
masyarakat diminta menjauh dari puncak.
"Masyarakat dan wisatawan
tidak melakukan aktivitas di dalam radius tiga kilometer dari puncak…Masyarakat
yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung
agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar," sebut petugas pos
pengamatan PVMBG Gunung Sinabung, Deri Alhidayat.
Selama enam tahun terakhir,
aktivitas Gunung Sinabung nyaris tak pernah absen setiap tahun. Pada Juni 2015,
muntahan awan dan gas panas dengan kecepatan tinggi meluncur ke lereng gunung
sehingga sebanyak 3.000 orang diungsikan.
0 comments:
Post a Comment