Friday 10 February 2017

Facebook dan Google Lawan Hoax di Prancis

Facebook dan Google bergabung dengan organisasi-organisasi berita untuk meluncurkan tool baru pemeriksa keaslian berita yang dirancang untuk mencabut berita-berita bohong (hoax) di Prancis menjelang pemilihan presiden di negara tersebut.

Hal itu dilakukan karena jejaring sosial dan agregator berita, termasuk Facebook dan Google, telah dikritik keras selama pemilu Amerika Serikat (AS) tahun lalu karena secara tidak sengaja ikut menyebarkan berita-berita bohong.

Facebook akan bekerja sama dengan delapan kantor berita Prancis, termasuk Agence France-Presse (AFP), BFM TV, serta koran L'Express dan Le Monde, untuk meminimalisasi risiko berita bohong yang muncul dalam platformnya. Saat ini, Facebook merupakan media jejaring sosial terbesar di dunia, dan memiliki 24 juta pengguna di Prancis, atau sepertiga dari total penduduk negara tersebut.

Facebook akan menggandalkan kepada peran pengguna dalam 'membenderai' (flag) berita bohong pada jejaring sosialnya. Setelah itu, berita akan dicek ulang kebenarannya oleh organisasi berita yang menjadi mitra Facebook.

“Setiap berita yang dianggap bohong oleh dua dari mitra Facebook akan ditandai dengan sebuah ikon yang menunjukkan konten berita itu bermasalah,” ungkap Facebook, seperti dikutip engadget.com, Senin (6/2).

Facebook juga mendukung prakarsa terpisah yang diluncurkan oleh Google lewat CrossCheck, yang menyeru para pengguna mengirimkan tautan (link) untuk konten yang diragukan kebenarannya kepada situs-situs berita terpercaya, sehingga konten itu bisa diinvestigasi. Sebanyak 17 newsroom Prancis bergabung dalam proyek itu, termasuk AFP dan stasiun televisi pemerintah Prancis.

"Itu bagian yang meyakinkan kami untuk bergabung dengan Facebook. Untuk pertama kalinya, kami dapat memberikan umpan balik jika ada masalah dengan penerbitan artikel," kata Direktur Le Monde, Jerome Fenogliov.

Facebook juga telah mengambil langkah mencegah berita bohong di Jerman, setelah pemerintah negara tersebut mengutarakan kekhawatirannya atas berita palsu dan ujaran kebencian yang mempengaruhi pemilu September mendatang. Kanselir Angela Merkel akan berusaha memangku jabatan untuk masa jabatan keempat kalinya.

Di AS, Facebook juga sudah bekerja sama dengan situs pemeriksa kebenaran berita Snopes, ABC News, dan kantor berita Associated Press untuk memeriksa keaslian berita.

Di Indonesia
Google juga telah menyatakan terbuka terhadap kerja sama untuk menananggulangi peredaran hoax di dunia maya di Indonesia. “Kami sangat terbuka kalau ada orang yang mau bekerja sama dengan kami,” kata Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintahan Google Indonesia Shinto Nugroho, usai pelatihan Google News Lab untuk jurnalis di Dewan Pers, Jakarta, Kamis (2/2) pekan lalu.

Informasi dari berbagai situs muncul ketika kita mengetikkan kata kunci di kolom pencarian Google Search. Menurut Shinto, Google Search merupakan platform pencarian dan bukan pembuat berita. Karena itu, Google harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyaring informasi yang masuk.

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi juga tengah mengupayakan bertemu dengan Facebook dalam waktu dekat. Facebook akan diminta ikut berperan dalam mencegah penyebaran hoax melalui platformnya.
 
source : beritasatu

0 comments:

Post a Comment